Covid-19 Dan Kebangkitan IT Pendidikan
(Artikel ini telah tayang di Suara Merdeka 15 April 2020)
Covid-19 telah meluluh lantahkan semua sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara umat manusia di muka bumi ini. Lebih dari 200 negara dibuat tak berdaya mengahadapi serangan Covid-19. Dia tidak peduli apakah negara miskin atau negara kaya, negara kecil atau negara besar, negara maju atau negara terbelakang. Semuanya merasakan kedasyatan Covid-19 yang sampai sekarang ini masih belum ditemukan antivirusnya.
Indonesia dipastikan mulai terkonfirmasi pasien positif Covid-19 awal Maret. Sejak itu, semua kebijakan difokuskan untuk menanganinya. Social distancing dan physical distancing dipilih untuk memperlambat penyebaran virus corona. Puncaknya Pemerintah menerbitkan PP No. 21 tahun 2020 yang mengatur tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Dunia pendidikanpun tak urung harus menyesuaikan dengan situasi. PSBB yang dipilih dalam dunia pendidikan adalah meliburkan kegiatan belajar mengajar melalui tatap muka, serta menggantinya dengan belajar dari rumah. Agar proses ini dapat berjalan secara maksimal, pola dalam jaringan/daring menjadi pilihan yang tidak bisa dihindari. Jaringan internet dan penguasaan IT merupakan model dominan. Presensi kehadiran siswa, penyampaian materi, pemberian tugas, penyerahan tugas sampai dengan evaluasi dilakukan secara online.
Persoalannya tidak semua guru memiliki kemampuan mengoprasikan komputer. Selama ini masih ditemukan guru yang gagap teknologi. Setiap kali ada aktivitas yang berhubungan dengan komputer mereka selalu meminta bantuan orang lain. Program belajar dari rumah secara online memaksa guru untuk terampil memakai komputer. Gelombang guru belajar komputerpun melanda hampir semua sekolah. Ada yang belajar secara mandiri, namun banyak juga yang belajar sesama rekan sejawat. Semua aplikasi yang dapat mempermudah proses belajar dari rumah, diburu dan dipelajari oleh guru. Mereka tidak ingin kelihatan gaptek di depan siswa pada saat online. Sekarang ini waktu guru dihabiskan untuk menyiapkan proses KBM secara online. Kreativitas dan inovasi gurupun lahir dari kondisi ini. Fenomena kebangkitan guru dalam ber-IT akibat Covid-19 menjadi suatu fakta yang tidak bisa dipungkiri. Salah satu dampak yang tidak bisa dihindari adalah biaya internet untuk mendukung program ini menjadi membengkak. Hal ini mulai dirasakan oleh guru. Agar tidak menjadi kendala dikemudian hari, maka sekolah harus mencari solusi guna mengatasi persoalan itu. Melakukan realokasi RKAS, menjadi salah satu alternatif yang patut dipertimbangkan.
Pada sisi yang lain, fenomena belajar dari rumah secara online membuat orang tua siswa menjadi tidak nyaman. Selama ini orang tua selalu menyerahkan urusan pembelajaran anak pada pihak guru/sekolah. Mereka tidak pernah mau tau apa materinya, bagaimana proses pembelajarannya, seperti apa tugasnya, serta bagaimana evaluasinya. Dengan model ini orang tua menjadi tempat bertanya bagi siswa ketika mereka mengalami kesulitan. Baik dari sisi teknis IT maupun dari substansi materi. Selama ini hal-hal seperti itu ditangani oleh guru. Untuk itu, orang tua harus mampu memberikan pendampingan pada saat anak-anak mereka mengalami kesulitan. Terutama bagi siswa pada kelas tertentu. Belajar dan berdoa adalah kata kunci bagi orang tua.
Nampaknya fenomena Covid-19 akan mengakselarasi amanat UU yang menyatakan bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama pemerintah, orang tua dan masyarakat.
Aplikasi Pembelajaran
Keberasilan konsep belajar di rumah akan sangat ditentukan oleh penguasaan aplikasi. Sekarang ini banyak penyedia jasa IT menciptakan program yang membantu proses pembelajaran dari rumah. Mulai dari yang paling sederhana dan gratis sampai yang paling rumit serta berbayar. Guru harus pandai memilih aplikasi sesuai dengan kebutuhan pembelajaran yang akan dilakukan. Agar terjadi sinergi yang baik, siswa/orang tua harus menyesuaikan dengan aplikasi yang digunakan oleh guru. Sekolah hendaknya menetapkan aplikasi yang digunakan serta membentuk tim khusus yang menangani masalah tersebut. Salah satu tugas tim ini melayani konsultasi siswa/orang tua terkait persoalan aplikasi. Konsultasi harus dilakukan dengan memperhatikan social distancing/physical distancing.
Salah satu aplikasi yang paling sederhana adalah whatshapp. Biasanya digunakan pada kelas tertentu yang siswanya masih membutuhkan pendampingan. WA menyediakan fasilitas pembentukan grup dengan jumlah anggota yang cukup untuk satu kelas. Menu yang disediakan, mulai dari pengiriman tulisan, gambar, sampai komunikasi suara juga video. Namun, model ini tidak memiliki fasilitas untuk teleconference/videoconference.
Google classroom menyediakan menu yang lebih lengkap, bagi guru dengan kebutuhan lebih, dalam berinteraksi secara online. Selain gratis model ini dapat digunakan untuk perangkat IOS/android serta PC. Untuk mengoprasikannya siswa/guru harus memiliki akun. Kemudian guru bisa membuat classroom dengan jumlah partisipan lebih dari 100. Melalui google Clashroom, guru dapat membuat kelas, mendistribusikan tugas, memberi nilai, mengirim masukan, dan melihat semuanya di satu tempat.
Edmodo merupakan salah satu aplikasi yang memberikan fasilitas belajar online. Ia juga menyediakan fasilitas orang tua untuk mengawasi atau memberi pendampingan putra putrinya dalam
belajar online. Guru bisa berkomunikasi, tidak hanya dengan siswa dan orang tua melainkan dengan sesama guru dimanapun, diskusi, sharing bahan ajar, memberikan tugas, mengumpulkan tugas, melakukan penilaian dengan model seperti jenis soal benar/salah, pilihan ganda, menjodohkan, isian singkat, dll. Selain PC, IOS dan Android juga mampu mengoprasikan Edmodo.
Aplikasi Schoology memiliki konsep yang nyaris sama dengan Edmudo. Pada situs ini terdapat fasilitas Attandance / absensi, yang digunakan untuk mengecek kehadiran siswa, dan juga fasilitas Analityc untuk melihat semua aktivitas siswa pada setiap course, assignment, discussion dan aktivitas lain yang disiapkan untuk siswa.
Guru harus memiliki kemampuan berbahasa inggris, karena menu dan fitur-fitur canggih Edmudo dan Schoology hanya tersedia dalam bahasa inggris.
Salah satu aplikasi pelengkap yang banyak digunakan guru dalam pembelajaran jarak jauh adalah Zoom Cloud Meeting. Ia hadir dengan dukungan audio, video, dan text chatting. Aplikasi ini sangat cocok, jika dalam penjelasannya menggunakan presentasi power point atau demo. Dengan memanfaatkan share screen, seluruh siswa bisa melihat presentasi guru melalui Hp.
Drs. Adi Prasetyo, S.H.,M.Pd.- Wakil ketua pengurus Provinsi PGRI Jawa Tengah.
Posting Komentar untuk "Covid-19 Dan Kebangkitan IT Pendidikan"
Posting Komentar