TANGGUNG JAWAB PEDIDIKAN KARAKTER
(Artikel ini telah tayang di SUARA MERDEKA tanggal 13 Juni 2025 )
Oleh : Adi Prasetyo
Langkah Gubernur Jabar Dedi Mulyadi mengirim siswa bermasalah untuk mengikuti pendidikan melalui barak militer menuai kontroversi. Secara faktual, Pemerintah Propinsi Jawa Barat, telah mengirimkan ratusan siswa ke barak militer untuk mengikuti pendidikan karakter selama dua minggu. Meskipun di klaim adanya perubahan positif pada siswa setelah mengikuti program tersebut, namun pendekatan ini menuai kritik dari berbagai pihak, termasuk pakar pendidikan dan pemerhati anak, yang menyoroti potensi pelanggaran hak anak dan kurangnya dasar hukum yang jelas.
Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, secara tegas menolak kebijakan mengirim siswa bermasalah ke barak militer untuk pembinaan. Ia menilai pendekatan tersebut tidak sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. Menurutnya, penanganan siswa bermasalah harus mengikuti ketentuan hukum yang ada, dengan melibatkan peran orang tua, guru, dan pihak sekolah. Meskipun ada ketertarikan dari beberapa pihak di Jawa Tengah terhadap model pembinaan ala militer, Gubernur Ahmad Luthfi menegaskan bahwa penanganan siswa bermasalah di provinsi Jawa Tengah akan tetap mengikuti pendekatan yang sesuai dengan hukum dan melibatkan peran aktif dari lingkungan keluarga serta pendidikan.
Beda dengan Gubenur Jateng, Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng Pramestuti, menunjukkan ketertarikan terhadap model pembinaan siswa bermasalah melalui pendekatan militer yang diterapkan di Jawa Barat oleh Gubernur Dedi Mulyadi. Agustina berencana mengirim tim ke Jawa Barat untuk mempelajari implementasi program tersebut sebelum memutuskan penerapannya di Semarang.
PERAN SEMUA PIHAK
Dari sisi kebahasaan, karakter diartikan sebagai kumpulan nilai-nilai yang mewujud dalam perilaku seseorang. Pembentukan karakter dilakukan melalui proses panjang yang berlangsung seumur hidup, dan dimulai sejak dini melalui lingkungan keluarga, sekolah, serta masyarakat. Sejatinya, karakter yang baik mencerminkan nilai-nilai moral dan etika yang menjadi dasar perilaku positif. Tidak hanya itu, karakter yang kuat menjadi fondasi utama untuk menciptakan generasi bangsa yang unggul, berakhlak mulia, dan bertanggung jawab. Keduanya hanya bisa diwujudkan melalui pendidikankarakter, yang merupakan bagian integral dari pembangunan sumber daya manusia.
Sejatinya, pendidikan bukan hanya bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, tetapi juga untuk membentuk karakter generasi muda. Di era globalisasi yang penuh tantangan ini, pembentukan karakter menjadi aspek penting dalam sistem pendidikan. Siswa sebagai generasi penerus bangsa perlu memiliki karakter yang kuat, seperti kejujuran, kedisiplinan, kerja keras, tanggung jawab, toleransi, dan cinta tanah air. Oleh karena itu, pembentukan karakter tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah, orang tua, dan masyarakat, tetapi juga siswa itu sendiri
Dalam membentuk karakter siswa, peran tidak hanya diemban oleh lembaga pendidikan formal seperti sekolah, tetapi juga oleh keluarga sebagai lingkungan pertama dan masyarakat sebagai lingkungan sosial yang lebih luas.
Kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan masyarakat sangat diperlukan untuk menciptakan sinergi dalam menanamkan nilai-nilai positif kepada siswa. Ketiganya memiliki peran strategis yang saling melengkapi dan memperkuat.
Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan karakter tidak cukup hanya dilakukan di sekolah, tetapi memerlukan sinergi yang kuat antara sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Sekolah merupakan lembaga formal yang memiliki tanggung jawab besar dalam pendidikan karakter. Pendidikan karakter adalah usaha sadar dan terencana untuk menanamkan nilai-nilai moral kepada peserta didik agar menjadi manusia yang berakhlak mulia, bertanggung jawab, dan memiliki integritas. Nilai-nilai yang ditanamkan dalam pendidikan karakter meliputi kejujuran, kedisiplinan, kerja keras, tanggung jawab, toleransi, dan cinta tanah air. Penanaman nilai-nilai melalui Pendidikan Pancasila, agama, dan kewarganegaraan diharapkan menjadi sarana untuk menanamkan nilai-nilai karakter.
Dari sisi keteladanan guru, hendaknya Guru menjadi contoh nyata bagi siswa dalam bersikap dan bertindak. Penerapan aturan dan disiplin, diwujudkan sekolah denganmenanamkan kedisiplinan, tanggung jawab, dan kerja sama melalui aturan yang jelas. Dampak positif Kegiatan ekstrakurikuler adalah melatih tanggung jawab, kepemimpinan, dan kerja tim.
Pada sisi yang lain, keluarga adalah tempat pertama dan utama dalam proses pembentukan karakter anak. Anak-anak pertama kali belajar nilai dan norma dari orang tuanya sehingga orangtua harus Menjadi panutan, sebab sesungguhnya anak belajar lebih banyak dari perilaku orang tua dibandingkan dari ucapannya. Orang tua hendaknya juga memberikan pengasuhan positif lewat pemberian kasih sayang yang seimbang dengan ketegasan membentuk karakter yang sehat. Orang tua harus membangun komunikasi dua arah yang Mendorong anak untuk terbuka, jujur, dan bertanggung jawab. Yang tidak kalah penting, orang tua hendaknya memaksimalkan pembiasaan nilai-nilai moral, seperti berkata jujur, membantu orang lain, menghormati orang tua, dan bertanggung jawab.
Pada hakekatnya, masyarakat merupakan lingkungan sosial tempat anak berinteraksi di luar rumah dan sekolah. Masyarakat yang baik dapat menjadi pelindung sekaligus pendidik karakter melalui keteladanan tokoh masyarakat, pemimpin masyarakat, tokoh agama, dan tokoh budaya yang berperan memberi contoh suri tauladan.Disamping itu kegiatan sosial dan budaya dalam bentuk Gotong royong, kerja bakti, dan kegiatan keagamaan berkonribusi dalam mengajarkan nilai kerja sama dan tanggung jawab sosial. Akhirnya, lingkungan yang aman dan sehat, masyarakat yang bebas dari kekerasan, narkoba, dan pergaulan bebas,dipastikan akan mengakselerasi dalam upaya mendukung perkembangan mewujudkan karakter yang positif.
Pendidikan karakter yang berhasil tidak dapat dijalankan oleh satu pihak saja. Sinergi antara sekolah, orang tua, dan masyarakat sangat diperlukan. Bentuk kolaborasi yang bisa dilakukan antara lain forum komunikasi seperti komite sekolah, pertemuan orang tua, dan musyawarah warga. Lalu melaksanakan program Penyuluhan, pelatihan karakter, dan kegiatan sosial bersama. Kemudian ditindaklanjuti dengan pengawasan terpadu terhadap perilaku anak-anak baik di rumah, sekolah, maupun lingkungan masyarakat.
Semua pihak perlu meningkatkan komunikasi dan kerja sama dalam upaya membentuk karakter anak. Sekolah perlu membuka ruang dialog dengan orang tua dan masyarakat, sementara orang tua dan masyarakat harus aktif terlibat dalam mendukung pendidikan anak baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pendidikan karakter merupakan fondasi utama dalam membentuk pribadi anak yang unggul. Sekolah, orang tua, dan masyarakat memiliki peran yang tidak terpisahkan dalam proses ini. Sekolah menyediakan sistem dan nilai-nilai akademik serta moral, orang tua memberikan dasar pengasuhan dan keteladanan, sementara masyarakat menciptakan lingkungan sosial yang mendukung. Kolaborasi ketiganya menjadi kunci keberhasilan pembentukan karakter yang kuat dan berkelanjutan.
Drs. Adi Prasetyo, S.H., M.Pd., Pengurus PGRI Propinsi Jawa Tengah, Staf Ahli Bupati Bidang Kemasyarakatan dan SDM Kabupaten Semarang.
Posting Komentar untuk "TANGGUNG JAWAB PEDIDIKAN KARAKTER"
Posting Komentar