Sterilisasi Bulliying di Sekolah

(Artikel ini telah tayang di SUARA MERDEKA tanggal 11 Oktober 2023)
Bullying di sekolah merujuk pada perilaku sistematis dan berulang di mana satu atau lebih siswa dengan sengaja menyakiti, menakut-nakuti, atau mendominasi siswa lain yang lebih lemah atau kurang berdaya.
Jika memperhatikan bulliying yang terus mengalami peningkatan baik dari sisi jumlah, sasaran, maupun jenisnya, serta dengan melihat literatur yang ada, maka bulliying memiliki karakteristik karakteristik tertentu. Bulliying memiliki kecenderungan berrulang dan berlanjut sehingga tidak hanya terjadi sekali, tetapi menciptakan pola yang berulang dan terus-menerus. Ini dapat melibatkan tindakan-tindakan yang berulang dalam periode waktu tertentu.
Selain itu Bulliying juga diwarnai ketidakseimbangan kekuatan. Pada umumnya terdapat ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku dan korban. Siswa yang melakukan bullying cenderung memiliki kekuatan fisik, verbal, atau sosial yang lebih besar, memberikan mereka dominnasi kontrol dan keunggulan atas korban. Tidak hanya itu,bulliying juga berdampak pada Korban. Bullying di sekolah dapat memiliki dampak serius pada korban, baik secara psikologis maupun emosional. Ini dapat mencakup penurunan harga diri, perasaan stres, kecemasan, dan bahkan dampak kesehatan fisik.
Dari sisi ragamnya Bentuk Bullying juga mengalami perkembangan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Awalnya Bullying di sekolah hanya muncul dalam bentuk bullying fisik (seperti pukulan atau dorongan), bullying verbal (seperti ejekan atau ancaman), bullying relasional (seperti penyebaran gosip atau isolasi sosial). Namun sejalan dengan akselerasi informasi dan teknologi yang demikian pesat, maka Bulliying pun dilakukan dengan memanfaatkan cyberbullying (melalui platform online).
PENCEGAHAN BULLIYING
Bullying di sekolah merupakan masalah serius yang dapat memiliki dampak jangka panjang pada kesejahteraan anak-anak. Agar anak-anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, perlu ada upaya bersama dari pihak sekolah, orang tua, dan masyarakat untuk mencegah perilaku bullying.
Pada dasarnya setiap kasus bulliying adalah unik, dan faktor-faktor yang berkontribusi dapat bervariasi. Upaya pencegahan bullying perlu mencakup pendekatan holistik yang melibatkan siswa, orang tua, guru, dan pihak sekolah untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi semua siswa.
Mencegah bullying di sekolah membutuhkan kerjasama antara sekolah, orang tua, dan masyarakat. Dengan langkah-langkah yang konkret dan konsisten, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang aman, mendukung pertumbuhan positif anak-anak, dan membentuk generasi yang menghargai perbedaan dan mempromosikan perdamaian. Upaya upaya yang dapat dilakukan dalam rangka menekan dan meminimalisasi tindakan bulliying di sekolah, hanya dapat terwujud melalui kebersamaan para pihak.
Upaya upaya tersebut dimulai dari pendidikan dan Kesadaran anak. Disarankan untuk memulai pendidikan tentang bullying sejak dini. Program pendidikan anti-bullying dapat mencakup materi seperti memahami perbedaan, membangun empati, dan mengajarkan strategi penyelesaian konflik yang positif. Aktivitas interaktif, seperti permainan peran dan diskusi kelompok, dapat membuat materi ini lebih mudah dipahami oleh siswa.
Upaya mencegah bulliying sebaiknya juga memanfaatkan peran orang tua secara maksimal. Faktor keterlibatan Orang Tua tidak dapat diabaikan. Orang tua dapat menjadi mitra yang kuat dalam mencegah bullying. Sistem komunikasi antara sekolah dan orang tua harus terbuka dan efisien. Seminar atau pertemuan reguler tentang isu-isu seperti tanda-tanda bullying, cara mendukung anak-anak, dan pentingnya membangun sikap positif bisa membantu orang tua merasa lebih terlibat dalam kehidupan sekolah anak-anak mereka.
Dari aspek managemen,pengawasan Guru dan Staf Sekolah harus dioptimalkan. Pelatihan guru dan staf sekolah dalam mengenali tanda-tanda bullying dan menanggapi secara efektif sangat penting. Pengawasan di ruang kelas, koridor, dan area-area lain di sekolah harus dilakukan secara konsisten. Penciptaan lingkungan di mana siswa merasa nyaman melaporkan kejadian bullying juga harus menjadi prioritas.
Agar pencegahan bisa berjalan optimal, maka sekolah harus memiliki program Pencegahan Bullying dengan keterlibatan siswa secara penuh.Program ini dapat mencakup kegiatan sosial seperti mentoring antar siswa, kelompok diskusi, dan proyek kolaboratif. Ini membantu membangun rasa kebersamaan di antara siswa dan menciptakan budaya di mana bullying tidak diterima. Aktivitas semacam ini juga dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan sosial yang dapat mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Didalam program ini, disiapkan materi yang berfokus pada pengembangan Keterampilan Sosial. Dengan demikian sekolah dapat menyelenggarakan program khusus atau pelatihan yang fokus pada pengembangan keterampilan sosial. Substansinya mencakup pelajaran tentang komunikasi yang efektif, manajemen konflik, dan cara membangun hubungan yang sehat. Sehingga, siswa dapat belajar cara menanggapi situasi sosial tanpa mengandalkan kekerasan atau intimidasi.
Pada sisi yang lain, sistem Pelaporan dan Penanganan Kasus harus ditangani secara profesional. Sistem pelaporan harus mencakup mekanisme yang mudah diakses oleh siswa. Sekolah harus menanggapi setiap laporan dengan cepat dan menyelidiki secara menyeluruh. Proses penanganan kasus harus adil dan menyediakan dukungan yang diperlukan bagi korban. Transparansi dalam proses ini juga dapat membantu membangun kepercayaan di antara semua pihak yang terlibat.
Yang tidak kalah pentingnya adalah menumbuhkan kesadaran kepada siswa mengenai penggunaan Teknologi yang Bertanggung Jawab. Dengan meningkatnya peran teknologi dalam kehidupan siswa, pendidikan tentang penggunaan teknologi yang bertanggung jawab dan etis sangat penting. Guru dan orang tua perlu terlibat aktif dalam mengawasi aktivitas online anak-anak, memberikan pemahaman tentang risiko cyberbullying, dan mengajarkan cara menghadapinya.
Fenomena terjadinya bulliying sangatlah kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari tingkat individu, keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Yang harus dipahami oleh para stake holder, bulliying bukanlah masalah yang hanya dapat diatasi melalui satu pendekatan, tetapi memerlukan kerjasama dan upaya bersama dari semua pihak terkait.
Pendidikan dan kesadaran yang ditanamkan sejak dini, baik di rumah maupun di sekolah, memiliki peran penting dalam mencegah perilaku bullying. Sistem dukungan yang efektif dari keluarga dan lingkungan sekolah, bersama dengan pengawasan yang baik dari orang tua dan guru, dapat membantu menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan positif anak-anak.
Dengan mengambil langkah-langkah ini, kita dapat bekerja menuju masyarakat yang lebih inklusif, di mana setiap anak merasa aman, dihormati, dan dapat berkembang secara positif tanpa rasa takut terhadap bullying.
Drs. Adi Prasetyo, S.H., M.Pd, Staf Ahli Bupati Bidang Kemasyarakatan dan SDM Kabupaten Semarang. Ketua YPLP DM PGRI JT Propinsi Jawa Tengah.
Posting Komentar untuk "Sterilisasi Bulliying di Sekolah"
Posting Komentar